
Ia tak pernah kalah di setiap pertarungan. Baik itu pertarungan dalam sayembara resmi maupun bentrokan lain. Bahkan ia mampu mengalahkan ajian terkenal pada masa itu. Dengan mudahnya Ia menaklukkan lawan-lawannya dan membantainya tanpa ampun. Tak terhitung entah berapa orang yang dulu dibantainya tanpa ampun.
Ia telah mansyur dan namanya harum di dunia persilatan. Bahkan ke seluruh pelosok penjuru negeri. Tak satu pun ada orang yang berani dengannya.
Namun ketika usia sudah mulai menua. Ketika usai sudah tak bisa dibohongi lagi. Ketika sudah mulai renta. Ketika tulang belulang mulai rapuh. Ia merasa batinnya tersiksa.
Ia sangat galau. Karena hampir tiap hari. Hampir malam ia dihantui rasa bersalah, dihantui rasa penyesalan atas dosa di masa lalu.
diperparah dengan selalu munculnya bayangan orang-orang yang pernah ditaklukkannya, dibantainya dulu tanpa ampun. Yang satu persatu sering hadir dalam mimpi menghantuinya.
Tiap hari, tiap malam ia berdoa kepada Sang Pemilik hidup tuk minta kematian. Namun Sang Pemberi Hidup tidak kunjung juga memberinya.
Ia mempunyai ilmu kesaktian yang sulit ditakhlukkan lawan-lawannya, yang membuatnya sulit mati.
Ia pun merasa batinnya sangat tersiksa. Namun datangnya masa tua tak bisa ditolak. Ketika tulang belulang mulai rapuh.
Ia berpikir bahwa ternyata dulu kesaktian, kerupawanan, apa-apa yang dimilikinya, apa-apa yang dibanggakannya dulu tiada lah berharga.
Suatu hari sebelum ia meninggal. Ia berpesan kepada muridnya agar ketika meninggal dimakamkan di kaki gunung yang mudah dijakau orang-orang. Agar orang-orang bisa menziarahinya.
Agar orang-orang yang menziarahinya yang dulunya telah kagum dengan kehebatannyapun berfikir, bahwa si fulan yg dulu sakti mandraguna. Si fulan yang dulu rupawan, yang memiliki apa-apa yang dibanggakan pada akhirnya takhluk pada takdirnya.
Sehebat apapun manusia pada akhirnya kan takhluk pada takdirnya.
Demikianlah kisah semoga bermanfaat. Bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara. Tidak ada yang abadi di dunia ini.
Harta yang kita banggakan. Tampang yang kita banggakan. Serta kemewahan-kemewahan dunia lain yang kita banggakan pada akhirnya tak berarti. Semuanya tak di bawa mati. Kecuali budi pekerti, amal jariyah, dan seterusnya.
No comments:
Post a Comment