kisah haru melahirkan di masa pandemi covid-19 - Barno Suud

Situs Pribadi Barno Suud. Berisi Ilmu Pengetahuan (Knowledge), Planologi (Perencanaan Wilayah dan Kota), Teknik Lingkungan, GIS (Geographic Information System), Agama Islam, Lagu Islam, Sharing Perjuangan, Romance, Bisnis, Traveling, Jasa Pembuatan Peta Digital, Serta artikel bermanfaat lainnya.


Breaking

Home Top Ad

Jangan biarkan Rezeki & Ilmumu hanya untuk dirimu Sendiri . . . !!!

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Sunday, July 11, 2021

kisah haru melahirkan di masa pandemi covid-19

Foto anak cantikku

Bismillaahirrahmaanirrahiiiim... 

Dengan mengucap rasa syukur yang tak terhingga. Alhamdulillah di tengah pandemi Covid-19 yang belum berakhir ini telah lahir anak kami yang pertama dengan selamat dan Ummiknya juga selamat, Sehat. Di usia pernikahan kami  yang hampir setahun.  Yang tahun lalu dilangsungkan dengan sangat sederhana penuh haru di tengah situasi pandemi covid-19 ini juga. 

Alhamdulillah lahirlah malaikat kecilku.  Kesayangane abi & ummik.  Sang Penyejuk hati. Yang diawali dengan kejadian yang sangat menegangkan. Secara dramastis. 

Dengan berat hati, Sang Abi terpaksa harus jadi bang Toyyib nak rantau di tanah orang. Karena suatu urusan dapat amanah pekerjaan di Pulau seberang. Terkait pembangunan ruas jalan Nasional. Yang diprakarsai oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Brangkat bersama seorang kawan kantor, yang anaknya juga baru saja lahir. Yang seharusnya masih membutuhkan sosok Bapak siaga ketika perawatan pasca lahiran. 

Dengan berat hati. Secara dilematis terpaksa harus nguli ke pulau seberang  ninggalin istri yang sedang mengandung tua (bulan ke-9). Sebuah dilematis yang sangat menggalaukan. Dengan kisah saya harus meninggalkan istri yang mengandung tua (bulan kandungan ke-9), sedangkan kawan meninggalkan anak & istri yang baru saja lahiran.

Wes Pokoknya. Bismillaahirrahmaanirrahiiiim... Meskipun ketika menjalankan tugas amanah di pulau seberang tiap hari cemas-cemas. Tiap hari sangat galau. Kepikiran anak dan istri yg sedang mengandung tua (bulan ke-9) di tempat nan jauh. Yang Sewaktu2 istri bisa  saja lahiran. Karena menurut ilmu medis (spesial kandungan),  mulai usia kehamilan 37 minggu kita harus siaga penuh. Guna menyambut datangnya si buah hati.

Tak bisa bayangkan jika ketika istri lahiran, sementara suami masih di luar kota. Disamping itu kalau terjadi apa-apa dengan sang istri di tempat jauh, sang abi pun tak bisa seketika itu langsung pulang. Karena akses dari bandara juga sangat jauh.

Tiap hari cemas-cemas. Ngeri-ngeri  sedap. Tiap hari kepikiran terus. Tiap hari sangat galau.  Penuh dengan rasa was-was dan rasa khawatir. Memikirkan yang jauh di sana.  So, Tiap komunikasi dari jauh cumak bisa bilang, afirmasi positif kepada sang bayi yang masih dalam kandungan sambil Ummiknya elus-elus perutnya “sabar ya Nak. Tunggu Abi pulang. Abi berharap semoga ketika lahiran pas Abi sudah di rumah nggih”. 


Hari Pertama Cemas. Sambil Menghitung Targetan, Tinggal Berapa Hari Lagi Pulang.  Ah masih jauh.

Hari Kedua Cemas. Sambil Menghitung Targetan, Tinggal Berapa Hari Lagi Pulang.

Hari Ketiga Cemas. Sambil Menghitung Targetan, Tinggal Berapa Hari Lagi Pulang.

Begitu terus dan seterusnya, sambil melamun.

Terlebih jika istri nanya kapan abi pulang. duhh, ngenes rasanya. mau jawab bagaimana.


Ada suatu hari dimana istri sambat kesakitan akibat konstraksi palsu, dari jauh pun tak bisa berbuat apa-apa. Hanya menjadi pikiran. Kerja pun kurang fokus. 

Hari demi hari telah berlalu. Tibalah saatnya waktu yang ditunggu-tunggu dari nguli yang disertai penderitaan melalui jalan yg berliku-liku, yang telah mengocak perut, kiranya telah selesai juga. Rasa cemas sudah mulai reda. Namun tiba-tiba koordinator proyek yang jauh di sana di Kota Surabaya  tiba-tiba memberikan informasi bahwa ada tambahan ruas lagi yang harus di survey.

Hati yang semula senang semangat ingin cepat-cepat pulang menjadi loyo lagi.  Ditambah lagi, mendapatkan informasi ketika semakin dekatnya HPL, hari perkiraan lahir sang istri disuruh swab sama pihak medis sebagai salah satu persyaratan untuk proses lahiran di masa pandemi Covid-19 ini . Dan sebelum swab diambil darah, hal yang mengejutkan setelah diteliti ada komponen yang menyatakan reaktif.  Istri & keluarga jadi drop, saya jadi bingung. Namun saya tak kuasa berbuat apa. Tinggal sedikit lagi pulang “Sabar nggih Nak. Tunggu Abi pulang” begitulah Ummik sambil elus-elus perutnya.

Namun Alhamdulillah setelah swab  ternyata hasilnya negatif. Alhamdulillah lega, ternyata istri tidak kena covid. Karena kalau sampai kena covid maka proses persalinan, lahiran bakalan sangat rumit dan panjang.

Setelah selesai menghabiskan nguli ruas jalan nasional tambahan, Segeralah Abi terbang pulang ke Jawa dari pulau seberang. Tak peduli kesehatan, meskipun biasanya kalau habis nguli dapat jatah istirahat (recovery) dari kantor.  Bodoh amat.  Yang penting disituasi genting harus segera pulang.  Ditambah lagi ada kabar yang mengejutkan bahwa daerah ini akan segera lockdown akibat covid-19. Ketika ceck in di bandara petugas juga memberikan informasi soal lockdown. Sungguh tak bisa bayangkan jikalau nguli tidak segera selesai lalu terjebak lock down dan tidak segera pulang pasti tak bisa menemani babycild lahir. Anak pertama.

Senyampe bandara juanda sambil ngantuk-ngantuk disertai badan pegel-pegel langsung ae pulang ke desa. Yang jaraknya lumayan jauh.  Tak peduli rasane awak remek tidaklah menjadi alasan untuk segera pulang menemui Baby child yang dipersiapkan untuk lahiran di desa. Meskipun selama kontrol selalu di dokter SpoG di kota Surabaya.

ketika sudah nyampek rumah dapat kabar ternyata daerah tempat singgah terakhir di pulau seberang bener-bener lockdown. Syukurlah abi sudah pulang tuk segera nemui babychild.

BabyChild yang udah lama kangen sm Abinya segera membuat Ummiknya  konstraksi terus menerus. Pertanda baby child kan segera keluar/lahir.  Mulai dari Abinya, Ummiknya, Mbah Uti, Mbah Kakung semua sekeluarga dibuatnya bingung. Cucu pertama kan segera lahir.  Pengalaman pertama.

Tiap hari tiap malam harus begadang. Karna harus siaga jika sewaktu-waktu baby child lahir. 😊

Suatu masa Ketika malam, tiba masanya konstraksi semakin kuat. Dan semakin kuat.  Konstraksi itu tak bisa ditahan lagi. Tak bisa di bendung lagi.  Segera Kami sekeluarga menghubungi bidan, tetangga baik hati yang berprofesi sebagai Bidan. Sekaligus menceritakan semua gejala, Indikasi-indikasi. Kami Langsung saja disarankan ke Rumah Sakit.  Karena Beliau sudah lama tidak menerima persalinan.  Di tengah pandemi covid ini.

Tengah malam segeralah kami brangkat ke RS yang lokasinya agak jauh. Kami semua terburu-buru, gopoh-gopoh. 

Untung beberapa persiapan sudah jauh hari dimulai. Walo tidak 100%. Syukur Alhamdulillah barang bawaan udah dipacking rapi sama Ummiknya jauh hari ketika memasuki awal bulan ke-9 kandungannya. Sebagai antisipasi jika sewaktu-waktu baby child lahir  maka barang bawaan tinggal angkat. 

Begitu tiba di rumah sakit.  Kami segera menyelesaikan proses administrasi yg cukup singkat. Dengan proses yg menegangkan. Sang Ummik di bawa ke ruang persalinan.  Sambil menahan rasa sakit dan konstraksi yang terus menerus. Sebagai seorang suami, saya cumak bisa mensuppot,  menyemangatinya. 

Ternyata proses persalinan tak semulus yang dibayangkan. Melalui proses yg sangat lama. Karena semua itu juga tergantung kondisi kandungan.

Proses melahirkan bukanlah hal yang main-main, karena  nyawa adalah taruhannya. Apalagi jika kondisi kandungan bermasalah, kalau tidak bayinya maka Ibunya yang menjadi taruhannya. So, di sini support, dukungan suami/keluarga sungguh sangatlah berarti.

Awal mula proses lahiran, istri meminta normal. Namun proses itu begitu berat. Berjam-jam memasuki siang dan malam, bukaan cumak sedikit. Lalu tenaga medis (Bidan, dokter) dengan persetujuan keluarga mengambil tindakan untuk dikasih obat perangsang. Setelah nunggu berlama-lama tak juga kunjung berhasil. Akhirnya singkat cerita, dengan persetujuan bersama kami ambil keputusan yang terbaik yang penting Ibu & bayinya selamat. 

Deg-deg ser, diiringi dengan doa. Dengan muka mata berkaca-kaca.  Selama berjam-jam, berwaktu-waktu. Alhamdulillah pada akhirnya dengan izin ALLAH SWT Sang Babychild lahir dengan  selamat. Bayi yang cantik nan mungil.

"Shanum Adiba AlMahyra" namanya.  Yang bisa dipanggil Ayra. Bisa dipanggil Salma

Kami sangat terharu.  Kami sambut dengan tangis.  Alhamdulillah.

Tidak sampai disitu juga. Bagaimana kondisi Ummiknya. Alhamdulillah juga selamat. Meskipun harus pemulihan ekstra.  Harus dpt perhatian khusus/lebih. Karena Ketika pasca lahiran kita harus ngrumat bayi dan juga Ibunya.  Dan pasca lahiran pun tiap malam tiap hari juga tetep harus begadang. Ngrumat bayi & ummiknya. Namun Alhamdulillah, Semua itu bisa dijalani dengan ikhlas, dengan senang hati, serta rasa syukur yang tak terhingga.  Syukur Alhamdulillah  yang terpenting adalah Ibu & bayinya selamat.

Hal yang tak pernah ku duga. Tak pernah ku bayangkan sebelumnya sebagai seorang lelaki.  Yang kini sudah menjadi sang abi sejati. Yang bermimpi tuk jadi abi yang baik buat istri dan anak-anaknya. Dulu cumak pikirannya rea-reo.  Nggak jelas 😊

Sumpah selama menikah, selama ini banyak belajar. Banyak pelajaran yang didapat. Banyak hal baru yang baru ditemui selama berumah tangga. Semua tak pernah terpikirkan, tak pernah terbayangkan sebelumnya. 

Terima kasih atas doa Bapak-bapak, Ibu-ibu, Mas-mas, Mbak-mbak, adik-adik. Terima kasih pula orang-orang baik yg telah banyak berjasa dalam pernikahan kami tahun lalu. Semoga dibales oleh ALLAH SWT.

Bagi yang belum punya momongan semoga segera diberikan momongan. 

Bagi yang belum punya pasangan semoga segera dipertemukan pasangan. 

Bagi yang masih setia ngejomblo, tapi umur sudah waktunya semoga disegerakan.

Aamiin3x Ya Robbal'alamiin. 😘 🙏


Bagi para pembaca, khususnya lelaki yang belum berumah tangga/punya anak. Semoga sharing ini membawa manfaat.  Dan bagi para lelaki yang suka rea-reo, ato cewek yang sudah punya calon siap menikah namun suka menunda-nunda pernikahan dengan alasan yang kurang logis. Segeralah bertaubat.  Karena semenunda-menunda dengan alasan apapun toh pada akhirnya kalian akan takhluk pada takdirmu. Jangan biarkan dirimu menyesal belakangan. 

Dan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika lahiran. Apalagi di masa pandemi. Para lelaki wajib tahu : 

1. Lokasi tempat di mana istrimu mau lahiran

jauh-jauh hari harus ada gambaran mau lahiran di mana.  Dimana tempat anakmu lahir. Karena  bisa jadi tempat kontrol bulanan/mingguan selama mengandung tidak sama dengan ketika lahiran. Seperti yang dialami istriku. Kalau pengennya seperti itu paling tidak sebulan sebelum lahiran harus  pindah tempat kontrol ke dokter/tempat di mana proses lahiran dilaksanakan. Paling mepet 2 minggu sebelum lahiran.

2. Menentukan jenis lahiran ( Lahiran normal atau SC)

3. Menyiapkan metode skenario pembiayaan ( apakah pakai dana pribadi atau dicover BPPJS atau dan lain sebagainya)

4. Persiapan lahiran  (peralatan yang harus dibawa ketika poses lahiran; peralatan  pribadi maupun peralatan bayi)

5. Melakukan swab untuk syarat administrasi. Biasanya sang istri dan suami atau yang bakal menemani lahiran harus di swab. 

6. Persyaratan administrasi lahiran (KTP, KK, Buku nikah, hasil swab, dan lain-lain)

7. Support untuk sang istri yang sedang mengandung sang buah hati

8. Pengambil keputusan

9. Keikhlasan dan kesabaran

10. Cekatan 

11. Bapak siaga

12. Serba bisa

13.    Perbanyaklah belajar Seputar kehamilan dan lahiran

14.    Dan lain-lain


Demikian sharing pengalaman. Semoga bermanfaat. 

#Kami yang berbahagia : Barno Suud & Nurullia Hanum Hilfida sekeluarga

#www.barnosuud.com


No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here